Jumat, 26 Juni 2015

SOAL UTS PRAGMATIK 2J MARIA ULFA dan NIHANA DINDA MAGHFIROH



Instruksi!
a.      Jawablah pertanyaan berikut berdasarkan materi yang telah diajarkan!
b.      Jawaban diupload di blog masing-masing kelompok paling lambat 26 Juni 2015

Soal
1.      “Di sini dijual madu murni dan susu kuda liar.”
Tentukan jenis praanggapan tuturan di atas! Jelaskan!
Jawab :
Tuturan tersebut termasuk kedalam jenis praanggapan eksistensial (kepemilikan). Hal ini dapat diketahui dari kata “disini” yang berarti disini merupakan tempat dijualnya madu murni dan susu kuda liar, dan menunjukkan hak milik penutur bahwa ia menjual madu murni dan susu kuda liar. Sedangkan “dijual madu murni dan susu kuda liar” yang menunjukkan bahwa memang di tempat tersebut tersedia madu murni dan susu kuda liar.

2.      “Bapak dan anak akan selalu menyayangi.”
Berdasarkan konsep referensi dan inferensi, tuturan di atas dapat dikategorikan ke dalam jenis makna referensial atau atributif? Jelaskan!
Tuturan tersebut tergolong dalam jenis makna referensial termasuk dalam Eksofora, yaitu makna yang berhubungan langsung dengan kenyataan ( acuan ) dan berkaitan dengan konteks situasi. Dalam tuturan diatas, kita tidak tahu siapa tepatnya yang dimaksud bapak dan anak. Karena ada banyak bapak dan anak. Kitaakan tahu maksudnya jika kita mengetahui konteks saat penutur mengucapkannya atau menunjukkannya.

3.      “Ruri dan Billi kemarin pagi dipanggil kepala sekolah ke kantor. Anak pertama, juara sekolah I dan anak kedua, juara sekolah II.”
Termasuk referensi apakah frase anak pertama dan anak kedua pada tuturan di atas? Jelaskan!
Jawab :
Tuturan diatas termasuk kedalam referensi anaforik, yaitu suatu referensi yang menjelaskan suatu rujukan yang arahnya kedepan. Hal ini dapat dibuktikan pada kalimat “ Anak pertama, juara sekolah I” yang merujuk pada Ruri, berarti bahwa Ruri mendapat juara 1. Sedangkan kalimat “anak kedua, juara sekolah II” merujuk pada Billi, berarti bahwa Billi mendapat juara 2. Jadi, frase anak pertama dan anak kedua pada tuturan di atas adalah referensi anaforik.

4.      Kalimat-kalimat di bawah ini merupakan penggunaan bentuk ujaran anafora, kecuali (jelaskan)
A.      Pada tahun 1972 terjadi peristiwa Masehi. Ketika itu saya menikah.
Jawab :
Tuturan diatas merupakan bentuk ujaran anafora, karena ada kesesuaian antara kalimat awal dan kalimat akhir. Tuturan diatas, menjelaskan rujukan yang arahnya kedepan. Kalimat “Ketika itu saya menikah” merujuk pada kalimat ”Pada tahun 1972 terjadi peristiwa Masehi”. Yang berarti bahwa pada tahun 1927 pada saat terjadi peristiwa masehi, ketika itu pula penutur menikah.

B.      Perumahan UT terdapat di Jabon Mekar, Jawa Barat. Di daerah itulah Pak Yunus tinggal.
Jawab :
Tuturan diatas merupakan bentuk ujaran anafora, karena ada kesesuaian antara kalimat awal dan kalimat akhir. Tuturan diatas, menjelaskan rujukan yang arahnya kedepan. Kalimat “Di daerah itulah Pak Yunus tinggal” merujuk pada kalimat ” Perumahan UT terdapat di Jabon Mekar, Jawa Barat”. Yang berarti bahwa Pak Yunus tinggal di Perumahan UT yang terdapat di Jabon Mekar, Jawa Barat.

C.      Monas melambangkan kemerdekaan Irian. Di tempat itulah penduduk Jakarta bebas menghirup udara segar.
Jawab :
Tuturan diatas BUKAN bentuk ujaran anafora, karena tidak ada kesesuaian antara kalimat awal dan kalimat akhir. Tuturan diatas, tidak menunjukkan adanya rujukan pada kalimat akhir ke kalimat awal. Kalimat “Di tempat itulah penduduk Jakarta bebas menghirup udara segar” tidak merujuk dan tidak koheren dengan kalimat “Monas melambangkan kemerdekaan Irian”. Karena, pada kalimat awal membicarakan Monas sebagai lambang kemerdekaan Irian, namun kalimat selanjutnya membicarakan tentang penduduk jakarta.

D.     Duma makan buah jambu sebelum dicuci terlebih dahulu. Itulah sebabnya ia sakit perut
Jawab :
Tuturan diatas merupakan bentuk ujaran anafora, karena ada kesesuaian antara kalimat awal dan kalimat akhir. Tuturan diatas, menjelaskan rujukan yang arahnya kedepan. Kalimat “Itulah sebabnya ia sakit perut” merujuk pada kalimat ” Duma makan buah jambu sebelum dicuci terlebih dahulu”. Yang berarti bahwa Pak Duma sakit perut karena makan buah jambu yang belum dicuci. Kata “sebab” pada tuturan diatas menandakan adanya ujaran anafora.

5.      Seorang Ibu berkata kepada anaknya yang tengah belajar:
      “Sudah pukul 12.00 malam Nak!”
      Tuturan di atas termasuk jenis tindak tutur? Jelaskan!

Jawab :
Tindak tutur menurut Austin :
Menurut klasifikasi Austin, tuturan yang disampaikan oleh Ibu masuk ke dalam jenis ilokusi, yaitu tuturan yang meminta atau memohon petutur untuk melakukan sesuatu (sifatnya menyuruh) dan menginginkan adanya tindakan dari petutur. Di dalam tuturan tersebut, Ibu berkata pada anaknya bahwa jam sudah menunjukkan pukul 12.00 malam, dengan harapan si anak akan pergi tidur. Ibu tersebut bermaksud untuk menyuruh anaknya segera tidur.

Tindak tutur menurut Searle :
Menurut klasifikasi Searle, tuturan yang disampaikan oleh Ibu masuk ke dalam jenis Direktif, yaitu tuturan yang hampir sama dengan ilokusi. Tuturan yang mempunyai sifat kebenaran. Menyuruh seseorang secara jelas maupun tersirat, sama saja. Intinya menginginkan adanya tindakan dari petutur. Di dalam tuturan tersebut, Ibu berkata pada anaknya bahwa jam sudah menunjukkan pukul 12.00 malam, dengan harapan si anak akan pergi tidur. Kalimat yang di ucapkan Ibu termasuk menyuruh seseorang secara tersirat. Ibu tersebut bermaksud untuk menyuruh anaknya segera tidur.


6.      Seorang majikan menyuruh pembantu untuk mengambilkan gelas merah yang ada di atas meja makan, maka kalimat yang paling sesuai dengan kondisi saat itu yang tidak menyalahi konsep kerjasama adalah…. (jelaskan!)
A. yang merah ya bu?
B. saya akan segera membawanya bu.
C. iya, bu.
D. iya bu, saya ambilkan.

Jawab :
Menurut kami, jawaban yang paling tepat adalah C. Iya, bu. Karena jawaban tersebut paling sesuai dengan prinsip kerjasama dalam komunikasi menurut H.P. Grice 1975.
Menurut beliau, ada 4 maksim dalam prinsip kerjasama komunikasi.
1.      Maksim Kuantitas
Di dalam maksim ini, seorang penutur diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup, relatif memadai, dan seinformatif mungkin. Sebuah informasi yang dianggap cukup memadai demikian itu sesungguhnya tidak boleh melebihi informasi yang sebenarnya dibutuhkan oleh mitra tutur dalam aktivitas bertutur.
tuturan “ya,bu” dalam jawaban di atas merupakan tuturan yang sudah jelas dan sangat infromatif isinya. Dapat dikatakan demikian, karena tanpa harus ditambah dengan informasi lain, tuturan itu sudah dapat dipahami maksudnya dengan baik dan jelas oleh si mitra tutur. Penambahan informasi seperti “saya akan segera membawanya bu” dan “iya bu, saya ambilkan”  justru membuat tuturan menjadi berlebihan dan terlalu panjang. Pembantu hanya perlu menjawab informasi yang dibutuhkan, tidak perlu lagi menanyakan lagi gelas warna apa, maupun memperjelas jawaban yang semestinya tidak perlu disampaikan.
2.      Maksim Kualitas
Maksim ini mengharapkan seorang penutur dapat menyampaikan sesuatu yang nyata dan sesuai dengan fakta yang sebenarnya di dalam aktivitas bertutur sesungguhnya. Fakta kebahasaan yang demikian itu harus didukung dan didasarkan pada bukti-bukti yang jelas, konkrit, nyata dan terukur. Maka sebuah tuturan akan dapat dikatakan memiliki kualitas yang baik apabila tuturan sesuai dengan faktanya.
Ketika pembantu menjawab “ya,bu” maka juga harus disertai dengan tindakan nyata berupa mengambilkan gelas merah yang ada di atas meja makan. Dan jika ini dilakukan akan terjadi kerjasama komunikasi.
3.      Maksim Relevansi
Di dalam maksim relevansi dengan tegas dinyatakan bahwa agar dapat terjalin kerjasama yang sungguh-sungguh baik antara penutur dan mitra tutur dalam praktek bertutur sapa yang sesungguhnya masing-masing hendaknya berkontribusi yang benar-benar relevan tentang sesuatu yang sedang diperbincangkan itu.
Pertuturan pembantu “ya,bu” dapat dikatakan mematuhi dan menepati maksim relevansi. Dikatakan seperti itu karena apabila dicermati lebih dalam, tuturan pembantu merupakan tanggapan atas perintah majikan yang dituturkan sebelumnya yakni ketika majikan menyuruh pembantu untuk mengambilkan gelas merah yang ada di atas meja makan.
4.      Maksim Pelaksanaan
Maksim pelaksanaan dalam prinsip kerjasama Grice mengharuskan setiap peserta pertuturan dalam aktivitas bertutur sapa yang sebenarnya menyampaikan infromasi dengan secara langsung, dengan jelas, tidak kabur, tidak samar, tidak berbelit-belit.
Cukup hanya menjawab “ya,bu” maka majikan tahu bahwa pembantu memahami tuturannya. Jawaban tersebut tidak kabur (tegas) dan tidak berbelit-belit.

7.      Seorang karyawan bertutur kepada atasannya,” Anak saya dirawat di rumah sakit karena tifus”. Kalimat pernyataan termasuk jenis tindak tutur? Jelaskan!

Jawab :
Tindak tutur menurut Austin :
Menurut klasifikasi Austin, tuturan yang disampaikan oleh Ibu masuk ke dalam jenis perlokusi, yaitu tuturan yang menginginkan adanya reaksi batin dari petutur. Dalam tuturan diatas karyawan menceritakan keadaan anaknya yang sedang dirawat di rumah sakit kepada atasannya dengan tujuan untuk mendapat reaksi batin dari atasan.

Tindak tutur menurut Searle :
Menurut klasifikasi Searle, tuturan yang disampaikan oleh karyawan tersebut masuk ke dalam jenis Direktif, yaitu tuturan yang menginginkan adanya tindakan dari petutur. Di dalam tuturan tersebut, karyawan menceritakan keadaan anaknya yang sedang dirawat di rumah sakit kepada atasannya, yang mungkin saja dengan berkata begitu, maka karyawan  berharap  atasannya akan memberikannya gaji tambahan, atau bonus libur kerja, atau bisa juga berupa perhatian dari atasan.

8.      “Aku merasa di sana ada bayangan yang selalu melihatku di sini sejak kemarin.”
Tentukan deiksis dan jarak pada tuturan di atas!

a.      Dieksis Persona
Dalam tuturan diatas, terdapat penggunaan deiksis persona proksimal. Karena dalam percakapan tersebut, penutur memakai kata ganti Aku. Kata Aku merupakan kata ganti orang pertama.
b.      Dieksis Tempat
- Dalam tuturan diatas, penutur berkata “Aku merasa disana ada bayangan yang selalu melihatku disini sejak kemarin.” kata disana yang diucapkan penutur merupakan dieksis spasial distal (objek yang dianggap jauh oleh pembicara dan tidak dapat dilihat secara langsung).
- Dalam tuturan diatas, penutur berkata “Aku merasa disana ada bayangan yang selalu melihatku disini sejak kemarin.” kata disini yang diucapkan penutur merupakan dieksis spasial proksimal (objek yang dianggap dekat oleh pembicara dan dapat dilihat secara langsung).
c.       Dieksis Waktu
Dari tuturan di atas terdapat kata “kemarin” yang menunjukkan Deiksis Waktu Distal (jauh) karena  terjadi  pada waktu lampau (telah berlalu)













Minggu, 31 Mei 2015

tugas pragmatik 5

1.     1.  Macam-macam hakikat dan Fungsi Bahasa
a)    a. Bahasa itu manusiawi
Bahasa hanya dimiliki oleh manuasia. Karena manusia mengguanakan bahasa sebagai alat komunikasi. Sementara hewan dan tumbuhan tidak berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa tidak dapat dikuasai secara spontan. Tetapi harus dengan  belajar secara bertahap sejak manusia bayi sampai dapat berbahasa sesuai kaidah bahasa yang digunakan.

b)    b. Bahasa itu beragam
Masyarakat biasanya terdiri dari berbagai orang dengan berbagai status sosial dan latar belakang budaya yang tidak sama. Karena perbedaan tersebut maka bahasa yang digunakan menjadi bervariasi. Ada tiga istilah dalam variasi bahasa yaitu:
Idiolek : Ragam bahasa yang bersifat perorangan. (gaya bahasa perorangan)
Dialek : Variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu. Misalnya bahasa slang, alay, dan lain-lain
Ragam : Variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tertentu. Misalnya, ragam baku dan ragam tidak baku.

c)     c. Bahasa sebagai sistem dan sistemik
Maksudnya sistem disini ialah sebuah aturan dan pedoman. Jadi dapat diartikan bahwa setiap bahasa memiliki pola dan kaidah yang bersistem yang harus ditaati agar dapat dipahami oleh pemakainya. Seperti truktur kalimatnya SPOK.
Contoh :
•  Rina membaca Buku di ruang tamu
•  Andi menulis surat cinta
•  Vio makan bakso di ruang makan
d)     
          d. Bahasa itu bermakna
Dalam suatu bahasa, ujaran atau kata-kata mempunyai makna. Kebermaknaan bahasa tidak hanya pada tataran kata. Tetapi juga pada tataran kalimat misalnya pada tataran kalimat, urutan kata dapat mempengaruhi makna yang dihasilkan.
Contoh :
• Kata “SEPATU” dilambangkan dengan deretan bunyi / s / e / p / a / t / u/. Deretan bunyi tersebut memiliki makna yang merujuk pada alas kaki yang menutupi bagian kaki mulai dari mata kaki sampai jari kaki.

e)     e. Bahasa itu bersifat universal
Selain bersifat unik, bahasa juga bersifat universal. Artinya, ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini. Misalnya, ciri universal bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan.

f)      f. Bahasa sebagai lambang
Bahasa yang kita ucapkan sebagai isyarat, tanda yang melambangkan suatu makna atau konsep. Karena setiap lambang bahasa yang kita ucapkan itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap satuan ujaran bahasa memiliki makna.
Contoh :
Rio memberikan mawar merah kepada Rika kemarin sore di taman bunga dan esoknya mereka berpacaran, maka kita tahu bahwa mawar merah menandakan bahwa Rio mencintai Rika, atau mawar merah melambangkan cinta sepasang kekasih.
g)     
          g. Bahasa itu unik
Cukup dengan mengatakan satu kata orang sudah dapat membayangkan kata tersebut dengan jelas
Contoh :
Dengan hanya mengatakan Prigi lawan bicara sudah dapat membayangkan pantai itu.

2. Menentukan Presupposisi dan entailmen
a)     a. Surya sudah terlihat
Presupposisi :
-Mungkin Surya sebelumnya terlihat di belahan bumi lainnya
Entailmen :
-Fajar telah menyingsing

b)     b. Sekarang aku sudah tidak disana lagi
Presupposisi :
-Tadi pagi aku disana
-Sekarang aku ada di rumah
Entailmen :
-Aku tidak ada disana

c)     c. Apakah masih jauh untuk sampai ke Surabaya?
Presupposisi :
-Masih setengah perjalanan menuju Surabaya
Entailmen :
-Belum berada di Surabaya

d)    d. Laptop Andi baru
Presupposisi :
- Andi merusakkan laptopnya
- Andi menginginkan laptop model terbaru
Entailmen :
-Andi mempunyai laptop model terbaru

e)     e. Wawan tidak jadi ke Surabaya
Presupposisi :
-Wawan ada kuliah tambahan
-Wawan menghadiri pesta ulang tahun temannya
Entailmen :
-Wawan tidak ada di Surabaya


maria ulfa / nihana dinda


tugas pragmatik 4

Nama kelompok :
Nihana Dinda (42)
Maria Ulfa (12)

Analisislah percakapan berikut ini dengan menggunakan kajian pragmatik yang telah dipelajari !

1.    Siti                    : “sip... akhirnya hari mulai gelap.”
Rohmah        : “kamu mau kemana Sit?”
Siti                   : “mau ikut?”
Rohmah        : “boleh?”
Siti                   : “yakin mau ikut?”
Rohmah        : “Astaghfirullah, kamu jangan macam-macam lho Sit, ini sudah tengah malam.”
Dari potongan percakapan diatas apa yang disimpulkan oleh Rohmah dari percakapannya dengan Siti?
Analisis :
Siti                    : “sip... akhirnya hari mulai gelap.”
Siti merasa senang saat hari mulai gelap, karena ada sesuatu yang sedang dinantikan.
Rohmah        : “kamu mau kemana Sit?”
Rohmah ingin tahu kemana Siti akan pergi. Karena hari telah gelap.
Siti                   : “mau ikut?”
Siti menawarkan Rohmah untuk ikut dengannya karena Rohmah penasaran dengan Siti
Rohmah        : “boleh?”
Karena masih bingung, Rohmah bertanya apa boleh dia ikut?
Siti                  : “yakin mau ikut?”
Siti menanya balik Rohmah apa dia yakin kalau mau ikut. Karena Siti akan pergi ke tempat yang tidak biasa bagi Rohmah
Rohmah        : “Astaghfirullah, kamu jangan macam-macam lho sit, ini sudah tengah malam.”
Rohmah menyangka bahwa Siti akan ketempat yang aneh-aneh atau berbahaya. Karena dilakukan saat malam hari tepatnya tengah malam.

2.    Budi          : “kemana pun aku pergi, kamu harus tetap ikut.”
Puji            : “aku tidak mau kalau ketempat itu lagi. Takut.”      
Budi          : “sudahlah. Dimana ada aku, semua pasti baik-baik saja.”
Kata ketempat itu sebagaimana yang diucapkan oleh Puji termasuk ke dalam deiksis apa tidak? Apa kata tersebut memiliki referensi? Jelaskan!
Analisis:
Dalam percakapan diatas, Puji berkata “aku tidak mau kalau ketempat itu lagi. Takut.” kata ketempat itu yang diucapkan penutur merupakan dieksis distal (jauh dari penutur dan petutur). Dikatakan dieksis distal karena percakapan dilakukan bukan di tempat yang disebutkan atau (bukan di tempat itu) dan ketempat itu jaraknya jauh dari penutur  maupun petutur. Ketempat itu tidak dapat dilihat oleh penutur maupun petutur (diluar jangkauan pandangan). Oleh karenanya dapat dikatakan deiksis Spasial Distal.
3.    Bagus        : “kamu itu sudah tua, kok ya tetep saja tidak mau mengalah.”
Dirman      : “mengalah itu untuk orang lemah dan aku tidak mau dikatakan lemah.”
Bagus        : “tapi setidaknya kamu diam saja dan tidak perlu menimpali ucapannya terus-menerus.”
Tirto          : “Dirman, kamu bertengkar ya? Sama siapa? Dimana? Kenapa?

      Dari potongan pecakapan diatas, kenapa Tirto tidak memahami ucapan yang sedang teman-temannya ucapkan? Jelaskan hubungan jarak antara ketiganya!

Analisis :
Dari percakapan diatas dapat disimpulkan bahwa Tirto tidak memahami ucapan teman-temannya atau tidak tahu apa yang terjadi karena Tirto tidak mengetahui kejadian yang sebenarnya, sehingga terjadi missing communication. Sementara Bagus mengetahui kejadian tersebut karena mungkin dia berada disaat kejadian berlangsung, sehingga dia dapat menyalahkan Dirman.
Hubungan kedekatan mereka:
Dalam percakapan Bagus, Dirman, dan Tirto diatas, terdapat penggunaan deiksis persona proksimal (hubungannya dekat). Karena dalam percakapan tersebut, mereka memakai kata ganti Aku dan Kamu . Kata Aku dan Kamu apabila dilihat dari konteksnya, berada di tingkatan paling atas dalam kata ganti yaitu hubungan dekat ( proksimal ).
4.    Wasik        : “sudah lama aku menanti kesempatan seperti ini.”
Dino          : “jangan aji mumpung. Semua dinikmati secukupnya saja.”
Wasik        : “iya. Sini, pinjam golokmu.”
Dari percakapan diatas tentukan macam-macam deiksis yang ada!
Jawab:
Dalam percakapan Wasik dan Dino diatas, terdapat penggunaan deiksis persona proksimal (hubungannya dekat). Karena dalam percakapan tersebut, Wasik dan Toni memakai kata ganti Aku dan mu . Kata Aku dan mu apabila dilihat dari konteksnya, berada di tingkatan paling atas dalam kata ganti yaitu hubungan dekat ( proksimal ).
Dalam percakapan diatas, Wasik berkata “iya. Sini, pinjam golokmu.” kata Sini yang diucapkan penutur merupakan dieksis proksimal (dekat dari penutur dan petutur). Kata sini dapat diartikan dapat dilihat oleh penutur maupun petutur. Oleh karenanya dapat dikatakan deiksis Spasial proksimal.
Wasik        : “sudah lama aku menanti kesempatan seperti ini.”
Dari tuturan di atas terdapat kata “sudah lama” yang menunjukkan Deiksis Waktu Distal (jauh) karena  terjadi  pada waktu lampau (telah berlalu)
Dari percakapan diatas dapat disimpulkan bahwa menggunakan deiksis tata bahasa proksimal dan menggunakan kalimat langsung. Karena percakapan diatas terjadi secara langsung dan bertatap muka.
5.    Wasis              : “kamu tidak lapar Tia?”
Tia                    : “ndak tau.”
Wasis              : “enaknya aku makan nasi atau buah aja ya?”
Tia                    : “makan batu aja.”
Wasis              : “kita makan nasi aja ya?”
Tia                    : “makan ati aja.”
Percakapan diatas, apa yang dapat kamu simpulkan? Bagaimana hubungan jarak antara keduanya
      
Dari percakapan diatas dapat disimpulkan bahwa adanya pertengkaran antara Wasis dan Tia, dimana Tia sedang merajuk karena mengatakan hal yang tidak sesuai dengan yang ditanyakan. Hubungan jarak antara Wasis dan Tia sangat akrab. Hal ini dibuktikan dengan percakapan mereka yang sekenanya. Dimana Wasis bertanya dengan penuh perhatian tetapi Tia menjawabnya dengan dengan jawaban yang dingin.


Minggu, 19 April 2015

Tugas Pragmatik 3 Deiksis Nama kelompok : *Maria Ulfa *Nihana Dinda Maghfiroh

ANALISIS PERCAKAPAN BERDASARKAN DEIKSIS

Toni sedang bertamu di rumah temannya, Andi, selepas dari mengantar kakaknya ke station.
Andi     : “Kemarin kamu dari Surabaya ya, Ton?”
Toni     : “bukan aku, tapi ibuku. Eh, kamu tidak ikut acara besok di kampus?”
Andi     : “besok aku di sini saja nememani kakek.”
(kakek keluar dari kamar)
Kakek   : ”ooo…nak Toni, bagaimana kabarnya?
Toni     : “Alhamdulillah, kabar saya baik kek.”

Berdasarkan konsep deiksis, tentukan jenis-jenis deiksis yang digunakan dan hubungan jaraknya dari percakapan di atas!
1. Dieksis Persona
a.
Andi     : “Kemarin kamu dari Surabaya ya, Ton?”
Toni     : “bukan aku, tapi ibuku. Eh, kamu tidak ikut acara besok di kampus?”
Dalam percakapan Andi dan Toni diatas, terdapat penggunaan deiksis persona proksimal (hubungannya dekat). Karena dalam percakapan tersebut, Toni dan Andi memakai kata ganti Aku dan Kamu . Kata Aku dan Kamu apabila dilihat dari konteksnya, berada di tingkatan paling atas dalam kata ganti yaitu hubungan dekat ( proksimal ).

b.      Penggunaan kata “ibuku” oleh Toni  juga mengandung deiksis, yaitu deiksis persona distal, karena “ibuku”  tidak sedang terlibat dalam percakapan tersebut.

c. 
Andi     : “besok aku di sini saja nememani kakek.”
(kakek keluar dari kamar)
Dalam tuturan Andi diatas, terdapat deiksis persona distal, karena pada saat tuturan itu dilontarkan, kakek belum berada di tempat berlangsungnya percakapan. Kakek baru muncul dari kamar ketika tuturan itu selesai disampaikan oleh Andi.

 d.       
Kakek   : ”ooo…nak Toni, bagaimana kabarnya?
Toni     : “Alhamdulillah, kabar saya baik kek.”
Dalam percakapan Kakek dan Toni diatas, terdapat penggunaan deiksis persona distal (hubungannya jauh). Karena dalam percakapan tersebut, Toni memakai kata ganti saya untuk menyebut dirinya,  dan Kakek memanggil Toni dengan sebutan “nak Toni” . Kata Saya dan nak Toni apabila dilihat dari konteksnya, berada di tingkatan paling bawah dalam kata ganti yang berarti menunjukkan hubungan yang jauh antara penutur dan petutur.

2.      Deiksis Tempat
a.      Dalam percakapan diatas, Andi berkata “Kemarin kamu dari Surabaya ya, Ton?” kata Surabaya yang diucapkan penutur merupakan dieksis distal (jauh dari penutur dan petutur). Kata Surabaya dikatakan dieksis distal karena percakapan dilakukan dirumah Andi yang bukan di Surabaya, dan Surabaya jaraknya jauh dari penutur  maupun petutur. Surabaya juga bisa dikatakan “disana” dalam artian tidak dapat dilihat oleh penutur maupun petutur (diluar jangkauan pandangan). Oleh karenanya dapat dikatakan deiksis Spasial Distal.

b.      Dalam percakapan diatas, Toni berkata “bukan aku, tapi ibuku. Eh, kamu tidak ikut acara besok di kampus?” kata kampus yang diucapkan penutur merupakan dieksis distal (jauh dari penutur dan petutur). kampus juga bisa dikatakan “disana” dalam artian tidak dapat dilihat oleh penutur maupun petutur (diluar jangkauan pandangan). Oleh karenanya dapat dikatakan deiksis Spasial Distal.

c.       Dalam percakapan diatas, Andi berkata “besok aku di sini saja nememani kakek.” kata di sini yang diucapkan penutur merupakan dieksis spasial proksimal (objek yang dianggap dekat oleh pembicara dan dapat dilihat secara langsung). Kata disini dikatakan dieksis distal karena percakapan dilakukan dirumah Andi yang dapat dirasakan secara langsung yang dimaksud dengan disini.. Oleh karenanya dapat dikatakan deiksis Spasial Proksimal.

3.      Deiksis Waktu
a.       
Andi     : “Kemarin kamu dari Surabaya ya, Ton?”
Dari tuturan di atas terdapat kata “kemarin” yang menunjukkan Deiksis Waktu Distal (jauh) karena  terjadi  pada waktu lampau (telah berlalu)

b.       
Toni     : “bukan aku, tapi ibuku. Eh, kamu tidak ikut acara besok di kampus?”
Andi     : “besok aku di sini saja nememani kakek.”
Dari tuturan di atas terdapat kata “besok”  yang menunjukkan Deiksis Waktu Distal (jauh) karena  terjadi pada waktu yang akan datang (belum terjadi)

4.      Dieksis Tata Bahasa
Dari percakapan diatas dapat disimpulkan bahwa menggunakan deiksis tata bahasa proksimal dan menggunakan kalimat langsung. Karena percakapan diatas terjadi secara langsung dan bertatap muka.

Ibu bercerita tentang masa mudanya dulu kepada Intan, putri tercintanya.
Ibu       : “dulu waktu masih muda, ibu sering mendaki gunung bersama teman-teman pecinta alam.”
Intan    : “waaah, ibu keren. Sudah mendaki ke gunung mana saja bu?”
Ibu       : “Kelud, Merapi, Penanggungan, Semeru, dan banyak lagi nak. Ibu lupa.”
Intan    : “intan nanti kalau sudah besar, juga pingin seperti ibu ah.”

Berdasarkan konsep deiksis, tentukan jenis-jenis deiksis yang digunakan dan hubungan jaraknya dari percakapan di atas!

1.      Deiksis Persona
Deiksis persona dapat dilihat pada tuturan Intan dan ibunya.
Intan    : “waaah, ibu keren. Sudah mendaki ke gunung mana saja bu?”
Ibu       : “Kelud, Merapi, Penanggungan, Semeru, dan banyak lagi nak. Ibu lupa.”
Intan    : “intan nanti kalau sudah besar, juga pingin seperti ibu ah.”
·         Dalam percakapan diatas ibu dan anak tampak sangat akrab, sehingga  termasuk kedalam  deiksis persona  proksimal. Pada tuturan “bu” dan “nak” merupakan kata ganti orang kedua.
·         Sedangkan penutur yang menyebut dirinya sendiri langsung dengan nama, juga menunjukkan adanya penggunaan deiksis persona proksimal, karena setara / sama saja dengan menyebut “aku” sebagai kata ganti orang pertama.

2.    Deiksis  tempat
Dalam percakapan diatas, Ibu berkata “Kelud, Merapi, Penanggungan, Semeru, dan banyak lagi nak. Ibu lupa.” kata yang diucapkan penutur merupakan dieksis distal (jauh dari penutur dan petutur). Kata Kelud, Merapi, Penanggungan, Semeru dikatakan dieksis distal karena jaraknya jauh dari penutur  maupun petutur, dan tidak dapat dilihat oleh penutur maupun petutur (diluar jangkauan pandangan). Oleh karenanya dapat dikatakan deiksis Spasial Distal.

3.    Dieksis Waktu

a.       Ibu  : “dulu waktu masih muda, ibu sering mendaki gunung bersama teman-teman pecinta alam.”
Dari tuturan di atas terdapat kata “dulu waktu masih muda” yang menunjukkan Deiksis Waktu Distal (jauh) karena  terjadi  pada waktu lampau (telah berlalu)

b.      Intan    : “intan nanti kalau sudah besar, juga pingin seperti ibu ah.”
Dari tuturan di atas terdapat kata “nanti kalau sudah besar” yang menunjukkan Deiksis Waktu Distal (jauh) karena  terjadi  pada waktu yang akan datang (belum terjadi)

4.      Dieksis Tata Bahasa
Dari percakapan diatas dapat disimpulkan bahwa menggunakan deiksis tata bahasa proksimal dan menggunakan kalimat langsung. Karena percakapan diatas terjadi secara langsung dan bertatap muka.

Terjadi pertengkaran di kelas bahasa yang berujung pada pemberian hukuman untuk semua siswa kelas bahasa tanpa terkecuali.
Firman             : “andai saja Doni tadi tidak teriak-teriak, pasti jadinya tidak akan begini. Kita kena  jemur di lapangan.”
Puji                  : “dia memang trouble maker, badannya saja besar, tapi cengeng.”
Andri               : “yang lebih apes itu aku, baru saja masuk kelas, sudah kena marah pak Dian, padahal aku tidak ikutan. Coba saja tadi aku tetap di perpus, pasti tidak ikutan dijemur.”
Pak Dian          : “Kepanasan? Sudah kapok belum?
Siswa               : “mendidih pak, kita sudah kapok pak.”
Pak Dian          : “ ya sudah. Sekarang, semua kembali ke kelas. Ingat, jangan diulangi lagi.”
Siswa               : “ya pak, kami berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

Berdasarkan konsep deiksis, tentukan jenis-jenis deiksis yang digunakan dan hubungan jaraknya dari percakapan di atas!

1.      Dieksis Persona
a.       
Firman        : “andai saja Doni tadi tidak teriak-teriak, pasti jadinya tidak akan begini. Kita kena  jemur di lapangan.”
Puji             : “dia memang trouble maker, badannya saja besar, tapi cengeng.”
Andri          : “yang lebih apes itu aku, baru saja masuk kelas, sudah kena marah pak Dian, padahal aku tidak ikutan. Coba saja tadi aku tetap di perpus, pasti tidak ikutan dijemur.”

Dalam percakapan Firman, Puji, dan Andri diatas, terdapat penggunaan deiksis persona proksimal (hubungannya dekat). Karena dalam percakapan tersebut, Firman, Puji, dan Andri memakai kata ganti Aku untuk menyebut dirinya. Sedangkan untuk menyebut Doni, mereka langsung memakai nama “Doni” dan juga dia. Ini menunjukkan adanya hubungan yang dekat, dan menggunakan dieksis persona proksimal.

b.       
Siswa          : “mendidih pak, kita sudah kapok pak.”
Pak Dian     : “ ya sudah. Sekarang, semua kembali ke kelas. Ingat, jangan diulangi lagi.”
Siswa          : “ya pak, kami berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

Dalam percakapan Siswa, dan Pak Dian diatas, terdapat penggunaan deiksis persona distal (hubungannya jauh). Karena dalam percakapan tersebut, siswa memakai kata ganti Pak, dan kami. Sedangkan untuk menyebut siswa, Pak Dian memakai kata ganti semua. Ini menunjukkan adanya hubungan yang jauh, dan menggunakan dieksis persona distal.

2.      Dieksis Tempat
a.       
Firman             : “andai saja Doni tadi tidak teriak-teriak, pasti jadinya tidak akan begini. Kita kena  jemur di lapangan.”
Dalam tuturan diatas, kata di lapangan yang diucapkan penutur merupakan dieksis spasial proksimal (objek yang dianggap dekat oleh pembicara dan dapat dilihat secara langsung). Kata lapangan dikatakan dieksis distal karena percakapan dilakukan lapangan yang dapat dirasakan secara langsung. Oleh karenanya dapat dikatakan deiksis Spasial Proksimal.

b.       
Andri           : “yang lebih apes itu aku, baru saja masuk kelas, sudah kena marah pak Dian, padahal aku tidak ikutan. Coba saja tadi aku tetap di perpus, pasti tidak ikutan dijemur.”

Dalam tuturan diatas, kata kelas dan perpus yang diucapkan penutur merupakan dieksis distal (jauh dari penutur dan petutur). Kata kelas dan perpus dikatakan dieksis distal karena percakapan dilakukan di lapangan. kelas dan perpus jaraknya jauh dari penutur  maupun petutur dan tidak dapat dilihat oleh penutur maupun petutur (diluar jangkauan pandangan). Oleh karenanya dapat dikatakan deiksis Spasial Distal.

c.        
Pak Dian : “ ya sudah. Sekarang, semua kembali ke kelas. Ingat, jangan diulangi lagi.”
Dalam tuturan diatas, kata kelas yang diucapkan penutur merupakan dieksis distal (jauh dari penutur dan petutur). Kata kelas dikatakan dieksis distal karena percakapan dilakukan di lapangan. kelas jaraknya jauh dari penutur  maupun petutur dan tidak dapat dilihat oleh penutur maupun petutur (diluar jangkauan pandangan). Oleh karenanya dapat dikatakan deiksis Spasial Distal.

3.      Dieksis Waktu
a.       
Pak Dian          : “Kepanasan? Sudah kapok belum?
Siswa               : “mendidih pak, kita sudah kapok pak.”
Dari percakapan di atas terdapat kata “sudah” yang menunjukkan Deiksis Waktu Distal (jauh) karena  terjadi  pada waktu lampau (telah berlalu)

b.       
Pak Dian          : “ ya sudah. Sekarang, semua kembali ke kelas. Ingat, jangan diulangi lagi.”
Dari tuturan di atas terdapat kata “sekarang” yang menunjukkan Deiksis Waktu proksimal (dekat) karena  terjadi  pada waktu saat itu juga.

c.        
Siswa          : “ya pak, kami berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Dari tuturan di atas terdapat kata “tidak akan” yang menunjukkan Deiksis Waktu Distal (jauh) karena  terjadi  pada waktu yang akan datang / suatu hari (belum terjadi).

4.      Dieksis Tata Bahasa
Dari percakapan diatas dapat disimpulkan bahwa menggunakan deiksis tata bahasa proksimal dan menggunakan kalimat langsung. Karena percakapan diatas terjadi secara langsung dan bertatap muka.