Minggu, 19 April 2015

Tugas Pragmatik 3 Deiksis Nama kelompok : *Maria Ulfa *Nihana Dinda Maghfiroh

ANALISIS PERCAKAPAN BERDASARKAN DEIKSIS

Toni sedang bertamu di rumah temannya, Andi, selepas dari mengantar kakaknya ke station.
Andi     : “Kemarin kamu dari Surabaya ya, Ton?”
Toni     : “bukan aku, tapi ibuku. Eh, kamu tidak ikut acara besok di kampus?”
Andi     : “besok aku di sini saja nememani kakek.”
(kakek keluar dari kamar)
Kakek   : ”ooo…nak Toni, bagaimana kabarnya?
Toni     : “Alhamdulillah, kabar saya baik kek.”

Berdasarkan konsep deiksis, tentukan jenis-jenis deiksis yang digunakan dan hubungan jaraknya dari percakapan di atas!
1. Dieksis Persona
a.
Andi     : “Kemarin kamu dari Surabaya ya, Ton?”
Toni     : “bukan aku, tapi ibuku. Eh, kamu tidak ikut acara besok di kampus?”
Dalam percakapan Andi dan Toni diatas, terdapat penggunaan deiksis persona proksimal (hubungannya dekat). Karena dalam percakapan tersebut, Toni dan Andi memakai kata ganti Aku dan Kamu . Kata Aku dan Kamu apabila dilihat dari konteksnya, berada di tingkatan paling atas dalam kata ganti yaitu hubungan dekat ( proksimal ).

b.      Penggunaan kata “ibuku” oleh Toni  juga mengandung deiksis, yaitu deiksis persona distal, karena “ibuku”  tidak sedang terlibat dalam percakapan tersebut.

c. 
Andi     : “besok aku di sini saja nememani kakek.”
(kakek keluar dari kamar)
Dalam tuturan Andi diatas, terdapat deiksis persona distal, karena pada saat tuturan itu dilontarkan, kakek belum berada di tempat berlangsungnya percakapan. Kakek baru muncul dari kamar ketika tuturan itu selesai disampaikan oleh Andi.

 d.       
Kakek   : ”ooo…nak Toni, bagaimana kabarnya?
Toni     : “Alhamdulillah, kabar saya baik kek.”
Dalam percakapan Kakek dan Toni diatas, terdapat penggunaan deiksis persona distal (hubungannya jauh). Karena dalam percakapan tersebut, Toni memakai kata ganti saya untuk menyebut dirinya,  dan Kakek memanggil Toni dengan sebutan “nak Toni” . Kata Saya dan nak Toni apabila dilihat dari konteksnya, berada di tingkatan paling bawah dalam kata ganti yang berarti menunjukkan hubungan yang jauh antara penutur dan petutur.

2.      Deiksis Tempat
a.      Dalam percakapan diatas, Andi berkata “Kemarin kamu dari Surabaya ya, Ton?” kata Surabaya yang diucapkan penutur merupakan dieksis distal (jauh dari penutur dan petutur). Kata Surabaya dikatakan dieksis distal karena percakapan dilakukan dirumah Andi yang bukan di Surabaya, dan Surabaya jaraknya jauh dari penutur  maupun petutur. Surabaya juga bisa dikatakan “disana” dalam artian tidak dapat dilihat oleh penutur maupun petutur (diluar jangkauan pandangan). Oleh karenanya dapat dikatakan deiksis Spasial Distal.

b.      Dalam percakapan diatas, Toni berkata “bukan aku, tapi ibuku. Eh, kamu tidak ikut acara besok di kampus?” kata kampus yang diucapkan penutur merupakan dieksis distal (jauh dari penutur dan petutur). kampus juga bisa dikatakan “disana” dalam artian tidak dapat dilihat oleh penutur maupun petutur (diluar jangkauan pandangan). Oleh karenanya dapat dikatakan deiksis Spasial Distal.

c.       Dalam percakapan diatas, Andi berkata “besok aku di sini saja nememani kakek.” kata di sini yang diucapkan penutur merupakan dieksis spasial proksimal (objek yang dianggap dekat oleh pembicara dan dapat dilihat secara langsung). Kata disini dikatakan dieksis distal karena percakapan dilakukan dirumah Andi yang dapat dirasakan secara langsung yang dimaksud dengan disini.. Oleh karenanya dapat dikatakan deiksis Spasial Proksimal.

3.      Deiksis Waktu
a.       
Andi     : “Kemarin kamu dari Surabaya ya, Ton?”
Dari tuturan di atas terdapat kata “kemarin” yang menunjukkan Deiksis Waktu Distal (jauh) karena  terjadi  pada waktu lampau (telah berlalu)

b.       
Toni     : “bukan aku, tapi ibuku. Eh, kamu tidak ikut acara besok di kampus?”
Andi     : “besok aku di sini saja nememani kakek.”
Dari tuturan di atas terdapat kata “besok”  yang menunjukkan Deiksis Waktu Distal (jauh) karena  terjadi pada waktu yang akan datang (belum terjadi)

4.      Dieksis Tata Bahasa
Dari percakapan diatas dapat disimpulkan bahwa menggunakan deiksis tata bahasa proksimal dan menggunakan kalimat langsung. Karena percakapan diatas terjadi secara langsung dan bertatap muka.

Ibu bercerita tentang masa mudanya dulu kepada Intan, putri tercintanya.
Ibu       : “dulu waktu masih muda, ibu sering mendaki gunung bersama teman-teman pecinta alam.”
Intan    : “waaah, ibu keren. Sudah mendaki ke gunung mana saja bu?”
Ibu       : “Kelud, Merapi, Penanggungan, Semeru, dan banyak lagi nak. Ibu lupa.”
Intan    : “intan nanti kalau sudah besar, juga pingin seperti ibu ah.”

Berdasarkan konsep deiksis, tentukan jenis-jenis deiksis yang digunakan dan hubungan jaraknya dari percakapan di atas!

1.      Deiksis Persona
Deiksis persona dapat dilihat pada tuturan Intan dan ibunya.
Intan    : “waaah, ibu keren. Sudah mendaki ke gunung mana saja bu?”
Ibu       : “Kelud, Merapi, Penanggungan, Semeru, dan banyak lagi nak. Ibu lupa.”
Intan    : “intan nanti kalau sudah besar, juga pingin seperti ibu ah.”
·         Dalam percakapan diatas ibu dan anak tampak sangat akrab, sehingga  termasuk kedalam  deiksis persona  proksimal. Pada tuturan “bu” dan “nak” merupakan kata ganti orang kedua.
·         Sedangkan penutur yang menyebut dirinya sendiri langsung dengan nama, juga menunjukkan adanya penggunaan deiksis persona proksimal, karena setara / sama saja dengan menyebut “aku” sebagai kata ganti orang pertama.

2.    Deiksis  tempat
Dalam percakapan diatas, Ibu berkata “Kelud, Merapi, Penanggungan, Semeru, dan banyak lagi nak. Ibu lupa.” kata yang diucapkan penutur merupakan dieksis distal (jauh dari penutur dan petutur). Kata Kelud, Merapi, Penanggungan, Semeru dikatakan dieksis distal karena jaraknya jauh dari penutur  maupun petutur, dan tidak dapat dilihat oleh penutur maupun petutur (diluar jangkauan pandangan). Oleh karenanya dapat dikatakan deiksis Spasial Distal.

3.    Dieksis Waktu

a.       Ibu  : “dulu waktu masih muda, ibu sering mendaki gunung bersama teman-teman pecinta alam.”
Dari tuturan di atas terdapat kata “dulu waktu masih muda” yang menunjukkan Deiksis Waktu Distal (jauh) karena  terjadi  pada waktu lampau (telah berlalu)

b.      Intan    : “intan nanti kalau sudah besar, juga pingin seperti ibu ah.”
Dari tuturan di atas terdapat kata “nanti kalau sudah besar” yang menunjukkan Deiksis Waktu Distal (jauh) karena  terjadi  pada waktu yang akan datang (belum terjadi)

4.      Dieksis Tata Bahasa
Dari percakapan diatas dapat disimpulkan bahwa menggunakan deiksis tata bahasa proksimal dan menggunakan kalimat langsung. Karena percakapan diatas terjadi secara langsung dan bertatap muka.

Terjadi pertengkaran di kelas bahasa yang berujung pada pemberian hukuman untuk semua siswa kelas bahasa tanpa terkecuali.
Firman             : “andai saja Doni tadi tidak teriak-teriak, pasti jadinya tidak akan begini. Kita kena  jemur di lapangan.”
Puji                  : “dia memang trouble maker, badannya saja besar, tapi cengeng.”
Andri               : “yang lebih apes itu aku, baru saja masuk kelas, sudah kena marah pak Dian, padahal aku tidak ikutan. Coba saja tadi aku tetap di perpus, pasti tidak ikutan dijemur.”
Pak Dian          : “Kepanasan? Sudah kapok belum?
Siswa               : “mendidih pak, kita sudah kapok pak.”
Pak Dian          : “ ya sudah. Sekarang, semua kembali ke kelas. Ingat, jangan diulangi lagi.”
Siswa               : “ya pak, kami berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

Berdasarkan konsep deiksis, tentukan jenis-jenis deiksis yang digunakan dan hubungan jaraknya dari percakapan di atas!

1.      Dieksis Persona
a.       
Firman        : “andai saja Doni tadi tidak teriak-teriak, pasti jadinya tidak akan begini. Kita kena  jemur di lapangan.”
Puji             : “dia memang trouble maker, badannya saja besar, tapi cengeng.”
Andri          : “yang lebih apes itu aku, baru saja masuk kelas, sudah kena marah pak Dian, padahal aku tidak ikutan. Coba saja tadi aku tetap di perpus, pasti tidak ikutan dijemur.”

Dalam percakapan Firman, Puji, dan Andri diatas, terdapat penggunaan deiksis persona proksimal (hubungannya dekat). Karena dalam percakapan tersebut, Firman, Puji, dan Andri memakai kata ganti Aku untuk menyebut dirinya. Sedangkan untuk menyebut Doni, mereka langsung memakai nama “Doni” dan juga dia. Ini menunjukkan adanya hubungan yang dekat, dan menggunakan dieksis persona proksimal.

b.       
Siswa          : “mendidih pak, kita sudah kapok pak.”
Pak Dian     : “ ya sudah. Sekarang, semua kembali ke kelas. Ingat, jangan diulangi lagi.”
Siswa          : “ya pak, kami berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

Dalam percakapan Siswa, dan Pak Dian diatas, terdapat penggunaan deiksis persona distal (hubungannya jauh). Karena dalam percakapan tersebut, siswa memakai kata ganti Pak, dan kami. Sedangkan untuk menyebut siswa, Pak Dian memakai kata ganti semua. Ini menunjukkan adanya hubungan yang jauh, dan menggunakan dieksis persona distal.

2.      Dieksis Tempat
a.       
Firman             : “andai saja Doni tadi tidak teriak-teriak, pasti jadinya tidak akan begini. Kita kena  jemur di lapangan.”
Dalam tuturan diatas, kata di lapangan yang diucapkan penutur merupakan dieksis spasial proksimal (objek yang dianggap dekat oleh pembicara dan dapat dilihat secara langsung). Kata lapangan dikatakan dieksis distal karena percakapan dilakukan lapangan yang dapat dirasakan secara langsung. Oleh karenanya dapat dikatakan deiksis Spasial Proksimal.

b.       
Andri           : “yang lebih apes itu aku, baru saja masuk kelas, sudah kena marah pak Dian, padahal aku tidak ikutan. Coba saja tadi aku tetap di perpus, pasti tidak ikutan dijemur.”

Dalam tuturan diatas, kata kelas dan perpus yang diucapkan penutur merupakan dieksis distal (jauh dari penutur dan petutur). Kata kelas dan perpus dikatakan dieksis distal karena percakapan dilakukan di lapangan. kelas dan perpus jaraknya jauh dari penutur  maupun petutur dan tidak dapat dilihat oleh penutur maupun petutur (diluar jangkauan pandangan). Oleh karenanya dapat dikatakan deiksis Spasial Distal.

c.        
Pak Dian : “ ya sudah. Sekarang, semua kembali ke kelas. Ingat, jangan diulangi lagi.”
Dalam tuturan diatas, kata kelas yang diucapkan penutur merupakan dieksis distal (jauh dari penutur dan petutur). Kata kelas dikatakan dieksis distal karena percakapan dilakukan di lapangan. kelas jaraknya jauh dari penutur  maupun petutur dan tidak dapat dilihat oleh penutur maupun petutur (diluar jangkauan pandangan). Oleh karenanya dapat dikatakan deiksis Spasial Distal.

3.      Dieksis Waktu
a.       
Pak Dian          : “Kepanasan? Sudah kapok belum?
Siswa               : “mendidih pak, kita sudah kapok pak.”
Dari percakapan di atas terdapat kata “sudah” yang menunjukkan Deiksis Waktu Distal (jauh) karena  terjadi  pada waktu lampau (telah berlalu)

b.       
Pak Dian          : “ ya sudah. Sekarang, semua kembali ke kelas. Ingat, jangan diulangi lagi.”
Dari tuturan di atas terdapat kata “sekarang” yang menunjukkan Deiksis Waktu proksimal (dekat) karena  terjadi  pada waktu saat itu juga.

c.        
Siswa          : “ya pak, kami berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Dari tuturan di atas terdapat kata “tidak akan” yang menunjukkan Deiksis Waktu Distal (jauh) karena  terjadi  pada waktu yang akan datang / suatu hari (belum terjadi).

4.      Dieksis Tata Bahasa
Dari percakapan diatas dapat disimpulkan bahwa menggunakan deiksis tata bahasa proksimal dan menggunakan kalimat langsung. Karena percakapan diatas terjadi secara langsung dan bertatap muka.

Tugas Pragmatik 2 Jenis-jenis tindak tutur oleh Austin & Searle dan Searle Nama kelompok : *Maria Ulfa *Nihana Dinda Maghfiroh

Berdasarkan konsep pragmatik dan klasifikasi tindak tutur, analisislah percakapan yang terjadi dibawah ini dengan menentukan : Jenis-jenis tindak tutur yang digunakan oleh para penutur dalam percakapan sebagaimana yang disampaikan Austin & Searle dan Searle

a. Hari Minggu sore, Andi dan teman-teman berkumpul di rumah Rahmat. Mereka sudah
lama tidak saling jumpa setelah masing-masing melanjutkan studi di kota yang berbeda.

Andi            : “Jalan-jalan sore gini enak lho sambil incip-incip duren di Sekartaji.”
Heru           : “hmmmm…..apa enaknya? Enakan ke rental PS.”
Rohmat      : “semua enak sebenarnya. Sayangnya, aku tidak bisa ikut. Ibu lagi Sakit dan ayah belum bisa pulang karena masih ada lembur di kantor. “
Poniran       : “sudah. Kita di sini saja sambil nemenin Rohmat.”

Dari percakapan di atas, kita dapat mengklasifikasikan bentuk-bentuk tuturan ke dalam bentuk klasifikasi, baik menurut konsep Austin & Searle maupun Searle. Secara makna dan tujuan tuturan
Tuturan yang disampaikan oleh Andi, menurut konsep tindak tutur Austin & Searle masuk ke dalam jenis tindak tutur perlokusi, yaitu sebuah tindak tutur yang menginginkan adanya reaksi batin dari petutur, dalam hal ini petuturnya adalah Andi.
Di dalam tuturan tersebut, Andi menyampaikan perasaannya, Andi ingin makan durian di Sekartaji. Dengan tuturan tersebut Andi ingin berbagi tentang bagaimana perasaannya pada teman-temannya (Heru, Rahmat, Poniran) dan menginginkan teman-temannya merasakan keinginannya memakan durian. Sebagaimana yang terlihat di dalam potongan ucapan Andi sebagai berikut:

“Jalan-jalan sore gini enak lho sambil incip-incip duren di Sekartaji.”

Sedangkan menurut konsep tindak tutur Searle, tindak tutur yang disampaikan Andi, masuk ke dalam tindak tutur direktif, yaitu sebuah tindak tutur yang menuntut untuk melakukan sesuatu. Andi sedang mengungkapkan perasaannya yang ingin makan durian di Sekartaji kepada teman-temannya dan menginginkan agar mereka mau melakukan apa yang di inginkannya.
Menurut klasifikasi Austin & Searle, tuturan yang disampaikan oleh Heru masuk ke dalam jenis perlokusi, di dalam tuturan tersebut, Heru menanggapi ucapan Andi dengan ketidak setujuan terhadap keinginan Andi, setelah itu dia menyampaikan apa yang dia inginkan. Sebagaimana yang tampak di dalam tuturan yang disampaikan Heru sebagai berikut:

“hmmmm…..apa enaknya? Enakan ke rental PS.”

Sedangkan menurut konsep Searle, tindak tutur yang disampaikan oleh Heru termasuk ke dalam jenis ekspresif, yaitu tuturan yang bertujuan untuk mengevaluasi atau mengomentari suatu hal, yang mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan tertentu yang mungkin disebabkan oleh sesuatu yang dilakukan atau menyangkut pengalaman penutur . Di dalam tuturan tersebut, Heru menyampaikan apa yang dirasakannya dengan mengomentari keinginan Andi yang kurang diminatinya. Sebagaimana yang tampak di dalam tuturan yang disampaikan Heru sebagai berikut:

“hmmmm…..apa enaknya?Enakan ke rental PS.”

Menurut klasifikasi Austin, tuturan yang disampaikan oleh Rohmat masuk ke dalam jenis lokusi, yaitu setiap tuturan yang hanya menekankan pada pemberian informasi.Di dalam tuturan tersebut, Rohmat menyampaikan bahwa ibunya sedang sakit dan ayahnya belum bisa pulang, sehingga dia tidak bisa pergi dengan teman-temannya. Sebagaimana yang tampak di dalam tuturan yang disampaikan Rohmat sebagai berikut:

“semua enak sebenarnya. Sayangnya, aku tidak bisa ikut. Ibu lagi sakit dan ayah belum bisa pulang karena masih ada lembur di kantor. “

Sedangkan menurut konsep tindak tutur Searle, tindak tutur yang disampaikan oleh Rohmat masuk ke dalam tindak tutur jenis representatif, yaitu tuturan yang menyatakan informasi yang tidak terbantahkan, seperti fakta, penegasan, kesimpulan, pendeskripsian. Di dalam tuturan tersebut, Rohmat menyampaikan bahwa ibunya sedang sakit sedangkan ayahnya masih belum bisa pulang dikarenakan lembur di kantor. Pernyataan tersebut menyatakan suatu fakta bahwa ibunya memang sedang sakit dan ayahnya masih ada pekerjaan kantor yang mengharuskan ayahnya untuk lembur di kantor. Sebagaimana yang tampak di dalam tuturan yang disampaikan Rohmat sebagai berikut:

 “Sayangnya, aku tidak bisa ikut. Ibu lagi sakit dan ayah belum bisa pulang karena masih ada lembur di kantor. “

Menurut klasifikasi Austin, tuturan yang disampaikan oleh Poniran masuk ke dalam jenis ilokusi, yaitu tuturan yang menginginkan sebuah tindakan dari penutur. Di dalam tuturan tersebut, Poniran memberi solusi kepada teman-temannya dengan menyampaikan pendapatnya untuk tetap berkumpul di rumah Rohmat sembari menemani Rohmat menjaga ibunya yang sakit. Sebagaimana yang terlihat di dalam potongan ucapan Poniran sebagai berikut:

“Sudah, kita di sini saja sambil nemenin Rohmat.”

Sedangkan dalam konsep tindak tutur Searle, tindak tutur yang disampaikan oleh Poniran, masuk ke dalam tindak tutur direktif, merupakan tuturan yang menuntut untuk melakukan sesuatu. Yang dimana Poniran mengungkapkan perasaannya yang mengajak teman-temannya untuk tetap berkumpul di rumah Rohmat sambil menemani Rohmat menjaga ibunya. Sebagaimana yang terlihat di dalam potongan ucapan Poniran sebagai berikut:

“Sudah, kita di sini saja sambil nemenin Rohmat.”

b. Di ruang J6, Para mahasiswa sedang memperhatikan penjelasan dari dosen tentang
salah satu metode pembelajaran.
(sembari berbisik, Bejo dan Retno berbincang seputar pelajaran yang mereka terima)
Bejo     : “ya Allah. Tak perhatikan dari tadi kok tidak paham-pahamya. “
Retno  : “yang ini memang agak rumit. Langkah-langkahnya banyak.Tapi pasti bisa.Semangat!”
Dosen  : “untuk lebih memudahkanmu dalam memahami metode ini, kamu bisa membaca buku-buku metode yang ada di perpustakaan. Satu hal lagi, untuk studi banding ke Bandung, Ibu Dina yang akan mendampingi menggantikan Pak Dian.”
Bejo     : “aduh! Matiaku.Baca lagi-bacalagi.Buku-buku yang kemarin aja belum tersentuh. Buku yang lain sudah menunggu. Belum tugas-tugas rumah yang lain. Jadi kepingin lari aja ke Bali, bersantai sambil berjemur di pantai.”

Dari percakapan di atas, kita dapat mengklasifikasikan bentuk-bentuk tuturan ke dalam bentuk klasifikasi, baik menurut konsep Austin & Searle maupun Searle. Secara makna dan tujuan tuturan
Tuturan yang disampaikan oleh Bejo, menurut konsep tindak tutur Austin & Searle masuk ke dalam jenis tindak tutur perlokusi, yaitu sebuah tindak tutur yang menginginkan adanya reaksi batin dari petutur. Di dalam tuturan tersebut, Bejo menyampaikan keluh kesahnya dalam memahami materi dalam perkuliahannya. Dalam tuturan tersebut Bejo ingin berbagi perasaannya pada Retno serta menginginkan Retno merasakan kesulitan yang dialaminya. Sebagaimana yang tampak di dalam tuturan yang disampaikan Bejo sebagai berikut:

“ya Allah. Tak perhatikan dari tadi kok tidak paham-pahamya.“

Sedangkan menurut tindak tutur Searle, tindak tutur yang disampaikan oleh Bejo termasuk tindak tutur ekspresif  yaitu sebuah tindak tutur yang menyatakan perasaan psikologis yang dirasakan oleh penutur. Bejo mengungkapkan perasaan psikologis yang ia rasakan sebagai penutur. Bejo mengungkapkan perasaan psikologis yang ia rasakan karena ketidak pehamannya akan materi yang disampaikan oleh dosennya. Sebagaimana yang tampak di dalam tuturan yang disampaikan Bejo sebagai berikut:

“ya Allah. Tak perhatikan dari tadi kok tidak paham-pahamya.“

Menurut klasifikasi dari Austin dan Searle tuturan yang disampaikan oleh Retno. Masuk kedalam jenis perlokusi  yaitu tuturan yang menyatakan suatu perasaan kepada petutur. Dalam tuturan tersebut Retno merasakan kesulitan yang dialami Bejo. Retno menginginkan Bejo untuk tak putus asa dan tetap semangat untuk belajar. Sebagaimana yang tampak di dalam tuturan yang disampaikan Retno sebagai berikut:

 “yang ini memang agak rumit. Langkah-langkahnya banyak.Tapi pasti bisa.
Semangat!”

Sedangkan tindak tutur menurut Searle dalam tindak tutur ekspresif  yaitu sebuah tindak tutur yang mengevaluasi atau memerikan komentar terhadap Bejo untuk tetap berusaha dan tetap semangat belajar. Sebagaimana yang tampak di dalam tuturan yang disampaikan Retno sebagai berikut:

 “tapi pasti bisa.semangat !”

Menurut klasifikasi Austin & Searle tuturan yang disampaikan oleh dosen merupakan jenis tindak tutur ilokusi, yaitu tuturan yang menyatakan sesuatu kepada petutur untuk melakukan sesuatu. Dosen menginginkan Bejo membaca buku yang ada diperpusktakaan untuk memahami materi. Sebagaimana yang tampak di dalam tuturan yang disampaikan Dosen sebagai berikut:

 “untuk lebih memudahkanmu dalam memahami metode ini, kamu bisa membaca buku-buku metode yang ada di perpustakaan.”

Menurut Searle tuturan yang disampaikan dosen merupakan jenis tindak tutur deklaratif yaitu tuturan yang menyatakan sesuatu hal yang baru atau kondisi yang baru didengar oleh petutur. Dosen memberitahukan informasi kepada mahasiswa tentang study banding yang akan didampingi oleh bu Dian. Sebagaimana yang tampak di dalam tuturan yang disampaikan Dosen sebagai berikut:

 “satu hal lagi, untuk study banding ke bandung ibu dina yang akan mendampingi
mengantikkan pak dian.”

Menurut Austin & Searle tuturan yang disampaikan oleh Bejo termasuk jenis tindak tutur perlokusi,  yaitu tuturan yang menginginkan reaksi batin dari petutur. Bejo mengeluhkan perasaannya tentang kejenuhannya untuk membaca buku-buku terlalu banyak. Bejo menginginkan petutur juga merasakannnya. Sebagaimana yang tampak di dalam tuturan yang disampaikan Bejo sebagai berikut:

 “Aduh ! mati aku. Baca lagi- baca lagi. Buku-buku yang kemarin aja belum tersentuh. Belum tugas-tugas rumah yang lain. Jadi kepingin lari aja ke bali, bersantai sambil berjemur dipantai.”

c. Di suatu sore, Wawan sedang asyik menonton acara tv kesukaannya, sedangkan ibunya sedang bekerja sendiri di dapur.
Ibu                : “Wan, apakahmu tidak capek dari tadi nonton tv? Ibu banyak kerjaan ini lho.”
Wawan         : “sebentar lagi ya bu. Masih nanggung untuk beranjak. Lagi seru-serunya ini.”
Ibu                : “kamu itu kalo dimintai tolong kok mesti selalu nawar tho Wan.
Wawan         : “iya bu. Maafkan Wawan.” (sambil beranjak dari depan tv menuju kedapur)

Dari percakapan di atas, kita dapat mengklasifikasikan bentuk-bentuk tuturan kedalam beberapa klasifikasi, baik menurut konsep Austin & Searle maupun menurut konsep Searle.
Secara makna dan tujuan tuturan, tuturan yang disampaikan oleh Ibu, menurut konsep tindak tutur Austin & Searle, masuk kedalam jenis tindak tutur ilokusi, yaitu tuturan yang menyatakan sesuatu kepada petutur untuk melakukan sesuatu tindakan dari petutur, dalam hal ini petuturnya adalah Wawan. Di dalam tuturan tersebut, Ibu menyampaikan kekesalnya pada Wawan yang asyik menonton tv saja, padahal ibu sedang sibuk .

Dengan tuturan tersebut Ibu ingin Wawan melakukan tindakan dengan cara membantunya didapur pada Wawan. Sebagaimana yang tampak di dalam tuturan yang disampaikan ibu sebagai berikut:

“Wan, apakahmu tidak capek dari tadi nonton tv? Ibu banyak kerjaan ini lho.”

 Sedangkan menurut konsep tindak tutur Searle, tindak tutur yang disampaikan oleh Ibu, masuk kedalam bentuk tindak tutur Directif, yaitu sebuah tindak tutur yang dipakai untuk meminta, menyuruh, atau menyarankan petutur atau bahkan penutur sendiri untuk melakukan sesuatu sebagaimana yang diinginkan oleh penutur.

Ibu menuntut wawan melakukan sesuatu tindakan, sedangkan wawan dari tadi hanya asyik menonton didepan tv saja. Melalui tindak tutur tersebut ibu menuntut wawan untuk membantu pekerjaannya. Sebagaimana yang tampak di dalam tuturan yang disampaikan ibu sebagai berikut:

“Wan, apakahmu tidak capek dari tadi nonton tv? Ibu banyak kerjaan ini lho.”

Menurut klasifikasi Austin & Searle, tuturan yang disampaikan oleh wawan masuk kedalam jenis lokusi, yaitu tuturan yang menyatakan sesuatu informasi kepada petutur.Dalam tuturan tersebut, wawan meyampaikan pada ibu bahwa acara tv tersebut sedang seru-serunya. Dia malas untuk beranjak pergi.untuk tidak putus asa dan terus semangat bekerja untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi. Sebagaimana yang tampak di dalam tuturan yang disampaikan Wawan sebagai berikut:

“sebentar lagi ya bu. Masih nanggung untuk beranjak. Lagi seru-serunya ini.”

Sedangkan menurut konsep Searle, tindak tutur wawan termasuk kedalam jenis
ekspresif, yaitu sebuah tindak tutur yang menyatakan suatu perasaan psikologis yang dirasa oleh penutur. Wawan menyampaikan perasaannya, bahwa acara tv tersebut sedang bagus dan seru,dan ia masih malas tuk berajak pergi pada ibu. Sebagaimana yang tampak di dalam tuturan yang disampaikan Wawan sebagai berikut:

 “ Masih nanggung untuk beranjak. Lagi seru-serunya ini.”

Menurut klasifikasi Austin & Searle, tuturan yang disampaikan oleh ibu masuk kedalam jenis ilokusi, yaitu yaitu tuturan yang menyatakan sesuatu kepada petutur untuk melakukan sesuatu tindakan dari petutur.Di dalam tuturan tersebut, Ibu menyampaikan kekesalnya pada wawan yang engan membantu ibu yang tengah sibuk..Dengan tuturan tersebut Ibu ingin wawan segera membantunya didapur. Sebagaimana yang tampak di dalam tuturan yang disampaikan ibu sebagai berikut:

 “kamu itu kalo dimintai tolong kok mesti selalu nawar tho Wan.”

Menurut klasifikasi Austin & Searle, tuturan yang disampaikan oleh wawan masuk kedalam jenis lokusi, yaitu tuturan yang menyatakan sesuatu informasi kepada petutur..Di dalam tuturan tersebut, Wawan menyampaikan kesediaannya untuk sesegera mungkin membantu ibu didapur. Sebagaimana yang tampak di dalam tuturan yang disampaikan Wawan sebagai berikut:

“iya bu. Maafkan Wawan.”

Sedangkan menurut konsep Searle, tindak tutur wawan termasuk kedalam jenis ekspresif, yaitu sebuah tindak tutur yang menyatakan suatu perasaan psikologis yang dirasa oleh penutur. Wawan menyampaikan perasaannya, bahwa ia merasa bersalah karena mengabaikan ibunya yang sedang sibuk sedangkan ia asyik menonton tv saja. Sebagaimana yang tampak di dalam tuturan yang disampaikan Wawan sebagai berikut:

 “iya bu. Maafkan Wawan.”


Sabtu, 18 April 2015